Harmoni dengan Alam: Keunggulan Pertanian Konvensional dalam Menjaga Ekosistem

Di tengah geliat modernisasi pertanian, metode konvensional atau tradisional masih memegang peranan penting, terutama dalam menjaga harmoni dengan alam dan ekosistem. Keunggulan Pertanian konvensional yang mengedepankan keseimbangan alam ini seringkali terabaikan, padahal ia menawarkan pendekatan yang berkelanjutan dan ramah lingkungan untuk produksi pangan.

Salah satu Keunggulan Pertanian konvensional adalah praktik rotasi tanaman. Metode ini melibatkan penanaman jenis tanaman yang berbeda secara bergantian di lahan yang sama. Rotasi tanaman membantu menjaga kesuburan tanah secara alami, mengurangi kebutuhan akan pupuk kimia sintetis yang berlebihan. Misalnya, menanam tanaman legum setelah padi dapat mengembalikan nitrogen ke dalam tanah, sehingga tanah tetap subur tanpa banyak input dari luar. Ini secara langsung berkontribusi pada kesehatan ekosistem tanah, menjaga mikroorganisme tanah tetap hidup dan berfungsi. Sebuah studi yang diterbitkan oleh Lembaga Penelitian Pertanian di Bogor pada bulan Agustus 2024 menunjukkan bahwa lahan yang menerapkan rotasi tanaman memiliki keanekaragaman hayati tanah yang lebih tinggi dibandingkan lahan monokultur.

Selain itu, pertanian konvensional seringkali mengandalkan penggunaan pupuk organik seperti kompos atau pupuk kandang. Penggunaan pupuk alami ini tidak hanya menyuburkan tanah, tetapi juga meningkatkan struktur tanah, kapasitas penyerapan air, dan mengurangi limpasan nutrisi ke perairan. Hal ini berbeda dengan pupuk kimia yang, jika berlebihan, dapat mencemari sumber air dan merusak ekosistem akuatik. Sebagai contoh, seorang petani di daerah pedesaan di Jawa Tengah, yang sejak dulu menerapkan pupuk kandang dari ternaknya, melaporkan bahwa tanah pertaniannya tetap gembur dan produktif tanpa perlu banyak intervensi kimia, sebuah bukti nyata Keunggulan Pertanian yang menjaga alam.

Keunggulan Pertanian konvensional juga terletak pada ketergantungannya yang lebih rendah pada pestisida dan herbisida kimia. Dengan memanfaatkan predator alami, rotasi tanaman, dan praktik penanaman campuran, petani dapat mengelola hama dan gulma secara lebih alami. Ini melindungi serangga penyerbuk yang penting, burung, dan satwa liar lainnya dari paparan bahan kimia berbahaya, menjaga keseimbangan rantai makanan dalam ekosistem. Pada hari Rabu, 15 Mei 2024, pukul 10.00 WIB, seorang perwakilan dari Kementerian Pertanian saat kunjungan kerja ke sebuah desa di Sumatera Barat mengapresiasi upaya petani lokal dalam meminimalkan penggunaan bahan kimia, menjaga lingkungan tetap asri. Dengan demikian, pertanian konvensional adalah model yang teruji waktu, yang menunjukkan bagaimana produksi pangan dapat berjalan selaras dengan pemeliharaan harmoni ekosistem.